Antara Ketakutan dan Keberanian: Perjuangan ART Memperjuangkan Haknya

GLADIATOR
0

Ket Gambar: Ilustrasi (Ist)

Dharmasraya | Di balik gemerlap simbol kekuasaan dan kehidupan pejabat publik, ada kisah sunyi yang jarang terdengar. Bunga (nama disamarkan), seorang gadis berusia 21 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Rumah Dinas Bupati Dharmasraya. Dari pekerjaan yang seharusnya aman dan terhormat, ia justru menghadapi pengalaman pahit yang mengguncang kehidupannya.

Pada malam 1 September 2025, Bunga menceritakan bahwa ia diminta memijat seorang tokoh senior di rumah dinas pada tengah malam. “Saya diminta untuk memijit M, dan M sempat menyentuh, mencium saya, dan beberapa kali memukul pantat saya,” ungkap Bunga dengan suara bergetar melalui telepon. Tangisnya pecah ketika mengingat momen-momen yang seharusnya tidak terjadi.

Namun pelecehan fisik hanyalah sebagian dari penderitaan yang dialami Bunga. “M juga sering bertanya apakah saya sudah punya pacar, sudah pernah ciuman, dan melakukan hal apa saja,” lanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya merasa sangat tertekan, tak hanya secara fisik, tapi juga secara psikologis.

Diam yang Membingungkan

Awak media ini telah berupaya mengonfirmasi langsung M melalui pesan WhatsApp sejak Kamis, 2 Oktober 2025, pukul 19.40 WIB. Pertanyaan tegas tentang tuduhan pelecehan dan sikapnya terhadap isu yang ramai dibicarakan di masyarakat telah disampaikan. Namun hingga Minggu, 5 Oktober 2025 pukul 19.19 WIB, M tetap tidak merespons, meski terlihat aktif online. Diamnya M menimbulkan tanda tanya besar di tengah masyarakat, mempertegas kesenjangan antara kekuasaan dan akuntabilitas.

Perlindungan bagi Korban

Keberanian Bunga untuk bersuara dari posisi rentan menjadi sorotan penting bagi penegakan hukum dan perlindungan perempuan pekerja di lingkungan pemerintahan. “Apa ada yang percaya sama omongan saya, orang miskin ini? Apa ada yang mendengar keterangan saya, Bu?” ucap Bunga dengan suara yang bergetar. Kalimat ini bukan hanya menggugah nurani publik, tapi juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk memastikan korban tidak terpinggirkan.

Pihak Pemerintah Belum Memberikan Tanggapan

Awak media ini juga menghubungi Bupati Dharmasraya, Anisa Suci Ramadani, serta Pj Sekda Jasman untuk mendapatkan klarifikasi. Pertanyaan dikirim melalui pesan WhatsApp mengenai langkah yang diambil terkait dugaan pelecehan ini, namun hingga berita ini tayang, pesan belum mendapatkan jawaban dari keduanya. Keheningan ini menambah kompleksitas kasus, sekaligus menyoroti pentingnya transparansi pejabat publik dalam isu sensitif.

Klarifikasi dan Keberimbangan

Redaksi telah berupaya memastikan keberimbangan dengan menghubungi semua pihak terkait. Sampai saat ini, baik dugaan pelaku maupun pihak bupati belum memberikan tanggapan resmi. Namun suara korban tetap penting untuk didengar, sebagai bentuk perlindungan hak-hak perempuan dan pekerja yang rentan di lingkungan pemerintahan.

Bunga kini telah meninggalkan pekerjaannya di rumah dinas. Cerita yang ia sampaikan membuka tabir realita di balik ruang-ruang kekuasaan yang seharusnya menjadi tempat aman, tetapi bagi sebagian orang justru menyimpan ancaman. Kisah ini menjadi pengingat bagi masyarakat luas, bahwa keberanian berbicara, meski dari posisi lemah, adalah langkah pertama menuju keadilan.

TIM

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)